Translate

Rabu, 17 April 2013

Memori-memori Terlarang, Alor tahun 1965



Bab 7: Alor





Tanjung Sembilan, Kecamatan Teluk Mutiara

(pada 1965 Kecamatan Alor Barat Laut):

Tempat Pembantaian



Tanjung Sembilan terletak sekitar satu kilometer ke arah barat dari pusat Kota Kalabahi. Nama tersebut berdasarkan bentuk tanjungnya yang menyerupai angka sembilan. Sembilan orang dibunuh di hutan rimba ini pada pertengahan salah satu malam bulan Maret 1966. Sebuah lubang digali dan setelah orang-orang dieksekusi mereka dibuang ke dalam lubang yang kemudian ditutup kembali. Segala tanda bekas pembantaian di Tanjung Sembilan nyaris menghilang. Sekarang lokasi ini telah menjadi tempat pemukiman, tetapi hutan masih ada.



Pernyataan Anggota Tim Alor
  

JANDA MELAWAN KETIDAKADILAN DI ALOR

Dorkas Sir, Erna Hinadang, Ina Tiluata



Pengantar



Dalam sejarah, perempuan janda melawan ketidakadilan menjadi tema menarik dan penting. Di saat para aktivis bersuara keras memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) ternyata realitas menunjukkan maraknya berbagai bentuk ketidakadilan dan kekerasan sehingga menelan korban manusia serta harta benda sangat banyak. Berbagai bentuk ketidakadilan yang terjadi hampir setiap hari dapat didengar, dilihat, bahkan mungkin kita pun sering mengalaminya. Ketidakadilan terjadi di berbagai belahan dunia, baik secara individu maupun terintegrasi di dalam peristiwa sosial, budaya, ekonomi, dan politik berskala besar maupun kecil. Banyak sekali korban tindak ketidakadilan dan kekerasan adalah perempuan dan anak.

Dalam laporan ini, kami Tim Alor mengangkat tema tersebut sehingga fokus perhatian kami mengarah pada perempuan janda yang melawan ketidakadilan akibat Peristiwa 1965.

Narasumber utama adalah lima janda yang bersama anak-anak menjadi korban ketidakadilan dan kekerasan ‘65. Narasumber tersebut termasuk Neto, isteri Pak Mel Kelatanu, masyarakat biasa; janda Fero, isteri Temukung Tera Sekalau; janda Karo, isteri Temukung Kiel Talitai; janda Ribka, seorang guru bagi orang yang buta huruf dan isteri guru Titus Manitapa; dan janda Koba, isteri Utusan Injil Nani Pelotata. Sejumlah responden lain disepakati Tim Alor untuk didekati termasuk Apeles Tankalau sebagai tokoh adat, Pdt. Fredrik Pulinggomang sebagai tokoh agama, Pak Harun Dokana selaku tokoh masyarakat, dan Aris Tungga selaku aparat kepolisian.[1] Mereka merupakan saksi sejarah dan pelaku.

Dalam mengumpulkan berbagai data di lapangan, Tim Alor sepakat untuk memilih lokasi penelitian di sekitar beberapa kecamatan. Kecamatan Alor Timur dipilih dengan pertimbangan bahwa wilayah ini terdapat banyak korban Peristiwa 1965, sedangkan Kecamatan Alor Barat Daya dikenal sebagai tempat asal Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) di Alor. Hal ini sama dengan Kecamatan Teluk Mutiara dan Kecamatan Kabola, yang waktu itu masih merupakan bagian dari Kecamatan Alor Barat Laut.  Kecamatan Teluk Mutiara adalah pusat tapol dengan banyak orang yang melaporkan diri serta terdapat situs pembantaian, sedangkan Kecamatan Kabola lokasi beberapa narasumber kunci.

Profil Wilayah Alor Saat Ini

Kabupaten Alor termasuk kabupaten otonom dengan Ibu Kota Kalabahi. Daerah kepulauan ini berada pada posisi daerah perbatasan laut dengan negara Timor-Leste. Luas wilayah Kabupaten Alor yakni 286.464 kilometer2, meliputi dua buah pulau besar, yaitu Pulau Alor dan Pulau Pantar serta pulau-pulau kecil lainnya termasuk Pulau Tereweng, Pura, Ternate, Buaya, Batang, Lapang, Marisa, Kumbang, dan Sika. Topografinya bergunung-gunung, bukit, lembah, jurang, sungai, laut, serta lahan yang subur. Keadaan fisik administrasi tertata dalam 17 kecamatan dengan 158 desa dan 17 kelurahan di dalamnya.

Masyarakat Alor telah memeluk agama yang diakui pemerintah. Menurut data Kantor Departemen Agama Kabupaten Alor tahun 2008, masyarakat Alor mengikuti agama sebagai berikut:
               
Umat agama Kristen Protestan              : 134.039 jiwa  (74,27%)
Umat agama Islam                                 : 40.437 jiwa  (22,40%)
Umat agama Katolik                              : 5.882 jiwa    (3,26%)
Umat agama Hindu/Budha                    : 129 jiwa     (0,07%)
Jumlah                                                   : 180.487 jiwa (100,00%)[2]


Click  link below to continue reading: 
Read more click here

 


[1] Pdt. Fredrik Pulinggomang adalah nama asli
[2] Tabel 5.3.1.2 Banyaknya Pemeluk Agama dan Aliran Kepercayaan Lainnya Dirinci tiap Kecamatan 2008 di Alor dalam Angka 2009, Badan Pusat Statistik Kabupaten Alor, Katalog BPS: 1403.5307, 160.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar